Scroll Untuk Baca Berita
Opini

Halal Bihalal Bibit Peradaban Memaafkan Membebaskan Luka Masa Lalu Mencerahkan Harapan

3157
×

Halal Bihalal Bibit Peradaban Memaafkan Membebaskan Luka Masa Lalu Mencerahkan Harapan

Sebarkan artikel ini

Oleh:Andi Irawan
Insan Pembelajar Indonesia

Pesan simbolik tradisi Halal Bihalal digelar oleh umat Islam di Indonesia setiap tahunnya, upaya merekatkan hubungan kemanusiaan secara horizontal Hablum Minannas. Perjumpaan kita khususnya umat Islam dalam kebahagiaan Idul Fitri di bulan Syawal 1442 H, sebagai hari kemenangan melewati ujian melawan hawa nafsu dan Ibadah selama bulan Ramadhan. Makna ibadah dibangun dalam rangkaian tak terpisahkan dari hubungan keseimbangan Hablum Minallah, Hablum Minannas, dan Hablum Minal ‘Alam. Keseimbangan pengamalan ibadah yang dilaksanakan secara utuh dan optimal diorientasikan dalam implementasi jalan membangun sebuah peradaban kemanusiaan yang kuat.

Peradaban manusia secara konseptual dirancang sedemikian sempurna oleh Sang Maha Pencipta melalui pesan firman-NYA disampaikan para Nabi dan Rasul (Pembawa Pesan Tuhan dan Risalah) kepada umat manusia di setiap lintas zamannya. Konsep kemanusiaan yang kokoh dibangun dari tiga aspek penguatan mendasar yakni Iman, Islam, Ihsan. Tersirat dalam pesan Alqur’an Surat Alanfal ayat 2 dan 3 arti:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal, (Yaitu) orang-orang yang melaksanakan shalat dan yang menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”

Penjelasan arti yang terkandung memiliki perspektif konsep Iman, Islam, Ihsan, bahwa Selain memiliki keimanan yang mantap dan kuat, serta amal kalbu (Ikatan Iman) lainnya, secara lahiriah orang mukmin sejati adalah orang-orang yang melaksanakan salat secara berkesinambungan sesuai waktu dan tatacara yang telah ditetapkan, dengan penuh rasa khusyuk dan ikhlas (Syariat Islam), dan mereka yang menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka sesuai ketentuan (Kebaikan Ihsan). Keseimbangan ditampilkan sempurna secara kokoh adanya kekuatan Iman sebagai pondasi orientasi hidup hanya untuk kebenaran universal dari Sang Pencipta yaitu Allah Swt Tuhan Semesta alam. Hidup dalam ketaatan aturan yang diberikan melalui pengamalan ibadah syariat Islam ( Syahadat, Shalat, Shaum, Zakat, Haji). Kebaikan dan ketulusan berbagi kepada sesama dan alam kehidupan secara Ihsan, mengutuhkan kemanusiaan dan kebermanfaatan alam semesta secara proporsional.

BACA JUGA :  Pasca Cuti Lebaran Idul Fitri 1444 H Pemerintah Padang Pariaman Gelar Tradisi Halal Bihalal

Kontekstualisasi peradaban yang kokoh, dapat ditumbuhkan secara utuh melalui hubungan erat saling menginspirasi dan mengikat. Hablum Minallah sebagai aspek Vertikal orientasi meninggikan tujuan semata-mata hanya kepada Allah Swt, Tuhan Pencipta dan rujukan kebenaran universal kehidupan. Hablum Minannas sebagai aspek horizontal menghampar kebudayaan saling menyayangi maaf-memaafkan, menolong sesama memperkuat hubungan kemanusiaan dalam bingkai kebersamaan ikatan kebangsaan dan aturan bernegara. Hablum Minal ‘Alam sebagai aspek implementasi kesatuan secara keseluruhan unsur kehidupan, konteks kemakmuran sumber daya alam, keragaman sosial budaya, dan pengelolaan prinsip keteraturan dalam lingkup keharmonisan manusia dan alam. Saat yang bersamaan dengan saling memaafkan dalam tradisi Halal Bihalal di bulan Syawal 1442 H,

BACA JUGA :  PGRI Kecamatan Carenang Mengadakan Halal Bihalal dan Purna Bhakti 

Penulis hanya ingin merekam spirit keharmonisan sosial-kebudayaan yang rutin kita saksikan di negri sejuta ragam perbedaan dan corak kehidupan, ternyata tetap kuat kokoh, utuh, dan damai. Sebagai bentuk keinsyafan konstruksi kesadaran umum, penulis dapat berkesimpulan bahwa Halal Bihalal dalam tradisi keharmonisan maaf- memaafkan atas dinamika sosial umat Islam dan kemanusiaan universal dapat menjadi contoh keseimbangan sempurna. Bibit Peradaban memafkan upaya membebaskan belenggu sekat perbedaan dan perdebatan, pergesekan masa lalu yang memilukan, mudah-mudahan dapat diikat untuk mulai kembali membangun Harapan Perdamaian saling menyelamatkan seluruh aspek kesembuhan dalam mengobati luka kemanusiaan (Wallahu A’lam Bish shawabi). (Red)