Scroll Untuk Baca Berita
OpiniPendidikan

Kisah Pendidikan dan Cita-cita Seorang Mustafa, Anak Petani Asal Wakatobi

5188
×

Kisah Pendidikan dan Cita-cita Seorang Mustafa, Anak Petani Asal Wakatobi

Sebarkan artikel ini

NASIONALXPOS.CO.ID, BUSEL/SULTRA – Kisah perjuangan Mustafa seorang anak dari keluarga petani miskin asal Desa Langge, Kecamatan Kaledupa Selatan, Kabupaten Wakatobi, bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan S2 di Universitas bergengsi di Jakarta (Universitas Nasional Jakarta) merupakan sebuah bukti pencapaian dalam impiannya sejak kecil, kala itu dia selalu di bantu motivasi oleh Almarhum sang Kakek yang juga dimana masa muda kakeknya sebagai perantau yang keliling Indonesia bahkan sampai negara di Singapura untuk merantau dan akhirnya pulang dikampung dan melakoni pekerjaannya sebagai seorang petani.

Pemuda kelahiran 04 Mei 1994 ini terlahir dari keluarga miskin tak pantas untuk bermimpin besar dan bercita-cita tinggi seperti pemuda lainnya, yang lahir dari orang-orang berada, tapi kondisi itu sama sekali tidak menyurutkan semangatnya untuk mengenyam pendidikan dibangku Sekolah bahkan Perguruan Tinggi hingga mencapai gelar Doktoral dan bahkan kelak bisa memimpin Wakatobi, itu adalah bagian dari cita-cita dan perjuangan hidupnya, Dia tumbuh dan terdidik disebuah gubuk bambu sederhana milik keluarganya.

Diusia 4 tahun tepatnya pada 1998, Mustafa didaftarkan oleh ibundanya ke Taman Kanak-kanak (TK) Desa Langge Kaledupa Selatan, hingga kemudian melanjutkan pendidikan sekolah dasarnya di SDN Tanomeha desa Tanomeha Kecamatan Kaledupa, selama 6 tahun dalam bimbingan Ibu dan Bapak Guru yang tidak pernah bosan dalam memberikan ilmu, ucapan terimakasih yang tak terhingga atas semua jasanya, “Menginjak usia 12 tahun, dan Alhamdulillah terselesaikan jugalah masa-masa SD yang di jalani selama 6 tahun dan Alhamdulillah mulai timbul bekal ilmu yang diberikan Bapak dan Ibu Guru dikala SD walaupun baru sedikit tapi itu sangat berharga untuk bekal mencapai cita-cita, hanya dimana masa itu belum bisa memberikan banyak kontribusi dan membantu orang tua secara keseluruhan karena tenaga yang belum kuat dan fisik yang masih serba terbatas dalam melakoni pekerjaan sebagai petani, terutama Kakek dan Nenek yang membesarkan diriku dari masa kecil hingga dewasa, terimakasih kepada kakek dan nenek, semoga Almarhum kakek yang selalu mendorong untuk terus mengejar cita-cita sampai sukses, ditempatkan disisi Allah dengan tempat terbaik,” kisah Mustafa dimasa kecil.

Setelah Masuk di SMPN 2 Kaledupa, tepatnya dikaledupa selatan, Mustafa mulai berani melakoni sedikit demi sedikit pekerjaan kakek dan nenekya.“Karena saya besar dengan mereka, tapi jawaban mereka hanya selalu mengatakan kamu masih kecil nak, belum bisa kerja apa-apa. Itulah tutur kata mereka berdua, lantaran kasih sayangnya kepadaku, dan akupun selalu menjawab tidak apa-apa biar bagaimana itupun ini adalah cara belajar supaya bisa hidup mandiri,” lanjutnya.

Sejak kelas 2 SMP saya mulailah aktif bekerja dikebun, tempat dimana mencari kehidupan dan mencuckupi kebutuhan sehari-hari dengan keluarga yang sederhana. Hari-hari berat itu terus dilaluinya, Masa-masa sulit semakin dirasakan ketika harus kehilangan sang kakek untuk selamanya. Saat itu Mustafa masih duduk di kelas 3 SMP.

“Masa SMP Kelas 3 semester 1 kamipun harus menerima kehilangan sosok seorang pendorong ataupun motivator hidup terutama dia sebagai kepala keluarga kami (Sang Kakek) tercinta harus pergi menghadap Allah SWT. diumur yang begitu masih kami butuhkan dia sebagai pengarah dan pendorong cita-citaku terutama juga untuk menafkai keluarga yang sederhana itu sehari-hari,” ceritanya.

Sejak kala itu, belajarlah Mustafa menjadi nahkoda dalam keluarga menggantikan posisi sang kakek. Baginya, sosok kakek merupakan pejuang yang harus dilanjutkan perjuangannya. Tak hanya sekali almarhum berpesan kepada Mustafa agar kelak bisa menjadi orang sukses agar berguna bagi orang banyak.

BACA JUGA :  LPPM Universitas Udayana Beri Pembekalan bagi 4.140 Mahasiswa Peserta KKN

“Saya tumbuh besar bersama mereka ketimbang kedua orang tua dan adik-adikku untuk mengarungi kehidupan dunia yang begitu banyak cobaan dan semua itu dirikupun tidak pernah lupa selalu kusisipkan doa bahwa suatu saat nanti janji dan pintaku kepada keluarga kecil dan sederhana itu harus kemudian di tepati, waktu berjalan begitu cepat dan alhamdulillah terselesaikanlah masa-masa SMP itu selama 3 tahun,” jelasnya.

Menginjak usia 16 tahun, dia menempuh pendidikan di SMAN 2 Kaledupa. Saat itu selain aktif di sekolah ia juga menjadi tukang garap kebun. Dua profesi ini dia jalani sekaligus meskipun terasa berat. Tugas dan kegiatan sekolah dan tak lupa juga harus pergi ke kebun demi mencari nafkah guna mencukupi kehidupan sehari-hari. Terkadang, timbul rasa iri kepada teman-teman sebayanya yang punya banyak waktu luang bersantai dan berkumpul bersama keluarga seusai pulang sekolah.“Sedangkan saya sibuk dengan berbagai kegiatan sekolah dan bertani,” akunnya.

Mustafa Sempat Berfikir akan Merantau
Dari sini Mustafa belajar banyak hal, dia sadar betul bahwa tempaan ujian ini adalah cara sang pencipta mendidik dirinya agar bisa hidup dalam kemandirian. Hingga pada tahun 2013, tibalah masa pelulusan SMA. Semua teman sepenamatannya begitu bergembira menyambut hari bahagia kelulusan itu.

Masing-masing dari mereka sudah menentukan dan memilih akan melanjutkan studi kuliah dikampus favoritnya. Lain hal dengan Mustafa, dia diambang kebingungan. Bingung antara melanjutkan kuliah atau merantau. Sebab dia sadar betul akan biaya pendidikan yang mahal dan mustahil terjangkau oleh keluarganya yang serba kekurangan.

Hampir bulat tekadnya memilih untuk merantau. Tiba-tiba seorang Om yang sudah dianggap sebagai orang tua, tidak ia sebutkan namanya hadir menjadi malaikat penolong. Benar saja, dari ujung telpon Mustafa diberikan motivasi agar tetap melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah apapun kondisnya. Mustafa dikirimi sejumlah uang untuk modal awalnya mendaftar ke kampus.

“Di persimpangan jalan kebingungan itu ada seseorang jasanya saya tidak akan pernah lupa sampai kapanpun, singkat bahasanya tapi punya makna yang mendalam, dia bicara persoalan merantau bahwa dia sudah mengalaminya sejak masa mulai dewasa sampai berkeluarga dan harus bekerja untuk orang lain terus menerus di tanah rantau untuk bisa bertahan hidup dan mencukupi kebutuhan keluarganya. Lanjutkan studimu setelah tidak mampu baru merantaulah, sambil spontan berkata itu saya kirimkan uang satu juta pakelah untuk keperluan awalmu dalam melanjutkan studi sambil menutup telponnya karena komunikasi itu lewat telepon genggam, saya di Kaledupa dia di tanah perantauan,” cetusnya.

Ditahun 2013 itulah seakan menjadi lembaran sejarah awal baginya yang tidak pernah menyangka bisa melanjutkan kuliah. Dari situlah banyak harapan dan mimpi-mimpi yang tertulis pada sebuah buku catatan kecil yang selalu dia bawa kemanapun.

Tanpa sengaja didalam deretan tulisan mimpi dan cita-cita untuk masa depan, dengan tangan yang kaku dan pikiran yang terfokus di iringi wajah yang terharu terjatuhlah air mata tanpa sengaja tertulislah kata pendidikan sampai doktoral dan Aku Ingin Menjadi Bupati Wakatobi dari kalangan Anak Petani, Insa,a Allah jika takdir dan garis tangan Allah SWT takdirkan kepadaku. Apakah itu sebuah ambisi atau dorongan naluri hati yang masih terharu, siapa yang menyangka pikiran seperti itu akan terlintas dalam benak manusia yang berumur belasan tahun, tapi dia menyakini bahwa jika garis tangan itu tidak berbuah manis pada dirinya, walaupun harapannya akan menjadi nyata, tentu generasi selanjutnya yang menjadi harapannya, entah pada anak-anaknya ataupun pada cucunya kelak,

BACA JUGA :  Wali Kota Kendari Bagi Daging Kurban ke Warga di TPA Puuwatu

“Sungguh semua adalah kuasa Allah SWT dengan petujuknya semoga kelak mimpi dan cita-cita besar itu dapat dikabulkan dengan karunia dan Rahmatnya, Amin Ya Allah,” ucapnya lagi.

Tibalah masa berkampus dimulai dengan mendaftarkan diri di kampus Universitas Dayanu Ikshanudin Kota Baubau mengambil program studi S1 teknik (teknik informatika).

Biaya studi per semester Rp1,5 juta ditambah uang pembanguanan Rp1,5 juta, maka genaplah Rp3 juta pada tahun 2013 itu.

Kuliah Sambil Kerja Untuk mendapatkan uang sebanyak itu Mustafa harus memutar otak. Akhirnya ia kuliah sambil berprofesi sebagai penjual ikan yang dikirim dari kampung (Kaledupa) ke Baubau menggunakan jasa kapal penumpang reguler dengan perjalanan tempuh Kaledupa-Baubau memakan waktu sekitaran 10 hingga 12 jam.

Profesi itu ia tekuni kurang lebih satu tahun, sambil ikut menjadi kuli bangunan di kota Bau-bau selama sekitar dua tahun lamanya.

“Itu juga dalam hal yang sama untuk membiayai uang SPP dan kehidupan sehari-hari masa-masa kuliah di Bau-bau dengan harus bekerja serabutan sana sini, mulai dari menjadi kuli bangunan sampai menjadi penjual ikan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari sambil mengumpulkan uang untuk tiap semester yang dibayar enam bulan sekali.

Meski dengan kondisi demikian, dia selalu bersyukur sebab tempaan ujian itu membuat kedewasan dirinya cepat berproses dengan umur yang begitu masih jauh dikatakan dewasa dari segi fisiknya, juga muncullah rasa kesadaran bahwa ternyata ketika ada kemauan selalu saja ada jalan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Tak terlepas selalu terucap sesekali bahasa semangat sang mahasiswa yang membakar jiwa muda bahwa kita harus berani mengambil tanggung jawab di hadapan masyarakat karena mahasiwa adalah agen-agen perubahan, mulai dari sinilah proses belajar dan terus berkembang dengan berbagai dinamika dan didikan dari keluarga terutama Ibunda. Mulai dari pesan agar selalu bersikap sopan, jujur dan saling menghargai sesama.

Mustafa Aktif di Organisasi Kampus
Selama kurang lebih 5 tahun menjalani studi S1 dikampus Universitas Dayanu Ikshanudin Bau-bau, Mustafa sempat menjabat beberapa jabatan strategi mulai dari anggota biasa sampai pada pucuk pimpinan organisasi Intra dan Ekstra kampus diantaranya, Ketua angkatan Teknik Informatika Tahun 2013 Unidayan Bau-bau, Ketua umum UKM GPS Teknik informatika Tahun 2014, Ketua koordinator Cabang BPJS Wacth Kota Baubau Tahun 2015, Wakil ketua Persatuan Mahasiswa Tanomeha Tanjung ( Permata )Tahun 2015, Sekjen KAMMI BAUBAU Tahun 2015-2016, Wakil ketua BEM Fakultas Teknik Unidayan Baubau Tahun 2015-2016, Ketua BEM Fakultas Teknik Universitas Dayanu Ikhsanudin Baubau 2016-2017, Sekjen Forum Pemuda Pelajar Mahasiswa Kaledupa Baubau (OPPALA Baubau) tahun 2017, Ketua Forum Pemuda Pelajar Mahasiswa Kaledupa Baubau (OPPALA Baubau) Tahun 2018, Ketua Umum KAMMI Daerah Kepulauan Buton 2017-2019, Ketua Departemen Kebijakan Publik PP KAMMI 2017-2019, Sekretaris/ Pjs Ketua Bidang Pemuda Dan Olahraga PP KAMMI 2019-sekarang.

Mustafa kemudian menyelesaikan S1 teknik informatika, dan wisuda S1 pada 12 Desember 2018. Ini bukanlah hal yang mudah seperti dibayangkan kebanyakan orang, sungguh berbagai macam dinamika, susah dan senang dalam melewati semua itu, karena di situ ada waktu, materi dan bahkan perasaan ikut di korbankan.

BACA JUGA :  Jalin Kerjasama, Universitas Udayana Gelar The 2nd Indonesia Alumni International Symposium Bersama Yamaguchi University

Lanjutkan S2 dengan Biaya Sendiri
Diakhir tahun 2019, Mustafa kembali meminta izin kepada orang tuanya terutama Ibunda dan sang nenek untuk merantau ke Jakarta guna melanjutkan perjalanan mencari ilmu tepatnya bulan Juli. Diusianya yang saat itu 25 tahun, Mustafa kini sedang menjalani studi S2 di salah satu kampus ternama di Ibukota yakni Universitas Nasional Jakarta (UNAS) Jakarta, dengan membiayai studi per semester Rp7,5 juta secara mandiri, tiba-tiba di perjalanan awal masuk kampus, sekitaran 3 bulan aktif kampus sebagai mahasiswa baru Pascasarjana UNAS, harus di perhadapkan dengan orang tua yang tiba-tiba sakit ( Ibu ), penyakit Ibunya itu sebenarnya sejak tahun 2015 yang lalu, dan sempat sembuh dan kini tiba-tiba kambuh kembali, yang mana sempat di perjalanan masa-masa Studi S1 waktu itu juga terjadi dan dia lebih memilih merawat ibunya ketimbang melanjutkan studi S1 kampus Unidayan Baubau, bahkan meninggalkan berbagai jabatan intra dan ekstra kampus demi merawat ibunya disalah satu RS Di Makassar, kurang lebih satu tahun itu diMakassar mengobati penyakit Ibunya dan Alhamdulilllahh sehat kembali, hal yang serupa kini kembali terjadi ditahun 2019 lalu, ditengah melanjutkan studi S2 nya di jakarta, Ibunya kembali sakit dan membuatnya rela bolak balik Jakarta – Makassar demi memastikan kesehatan Ibunya, walaupun sempat satu tahun berhenti kuliah, dengan status sebagai mahasiswa cuti, semangatnya tidak pernah padam untuk terus melanjutkan cita-cita dan studinya sampai pada Doktoralnya ( S3 ), hingga hari ini aktif kembali di kampus, sambil bekerja dan aktif diberbagai organisasi daerah dan bahkan nasional yang tentunya, dimana juga dia mengambil peran-peran aktif untuk bisa berkontribusi besar terhadap bangsa, negara dan agama, terutama untuk daerah dan keluarga yang selama ini berjasa besar terhadap diriku, Mustafa juga ada mimpi besar untuk bisa melanjutkan program sekolah doktoral ( S3 ) di luar negeri, terutama di negara Turky, negara yang selalu menjadi impiannya dan coretan-coretan dibuku harian untuk bisa belajar menimba ilmu di negara Erdogan ( Utsmani Turky ) itu, dan kelak kembali mengabdi ditanah iar tercinta ( Indonesia ) terutama kepada Wakatobiku, tapi tentunya itu membutuhkan perjuangan besar, pengorbanan besar, semoga itu bisa tercatat menjadi bagian dari perjalanan hidup saya untuk di persembahkan kepada regenarasi mendatang terutama kepada bangsaku Indonesia.

Dia berharap semoga saja sang pencipta memudahkan dari segala hal, mulai dari kesehatan, rezeki, umur yang panjang juga terpenting adalah jalan juang yang selalu semangat dalam meraih mimpi dan cita.

“Sehingga dalam hal ini, semoga saja generasi muda bangsa terutama generasi Wakatobi dapat terinspirasi dari sejarah-sejarah pendahulunya untuk terus berusaha, berjuang meraih mimpi dan cita-citanya, juga selalu yakin bahwa Allah SWT selalu bersama orang-orang yang sabar dalam menuntut ilmu untuk mencapai mimpi dan cita-cita besarnya,” harapanya.

“Teruntuk orang tua terutama ibunda dan nenek juga Almarhum sang kakek tercinta terima kasih atas jasa didikkanya yang tidak akan mampu saya balas sampai kapanpun juga adik-adikku dan semua keluarga yang tidak bisa saya sebut satu persatu, ada sahabat-sahabat seperjuang, teman-teman sepermainan di kampung halaman terima kasih atas kebersamaannya sampai saat ini, semoga kita semua dalam lindungan Allah SWT, sehat dan sukses buat kita semua,” pungkasnya.

PENULIS : MUSTAFA

EDITOR : NANDHA