oleh

CERPEN BY : ZAHRA ANINDRA SARUMPAET

VINCENT
BY : ZAHRA ANINDRA SARUMPAET

Kata kebanyakan orang , banyak orang-orang yang ingin menjadi anak indigo. Mereka ingin melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh banyak orang. Tetapi, menjadi salah satu yang dapat melihat mereka yang tidak bisa dilihat oleh banyak orang tidak selalu menyenangkan seperti yang orang lain pikirkan. Itulah yang kurasakan saat ini. Sejak kecil, aku dapat melihat “mereka”.
Aku tidak tahu apakah ini sebuah keajaiban atau sesuatu yang lain. Mamaku bilang, ini adalah kelebihan yang diberikan Tuhan kepadaku. Tapi aku tak berfikir demikian. Bagiku, ini adalah sebuah mimpi buruk yang tidak pernah selesai. Walaupun demikian, aku selalu menghindari sesuatu yang berhubungan dengan “mereka”.
Saat aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), aku baru mengetahui bahwa teman-teman ku telah mengetahui kalau aku bisa melihat “mereka” yang tidak bisa teman-teman ku lihat. Aku mulai dijauhi oleh teman-temanku. Mungkin mereka takut kepadaku. Dari semua orang yang menjauhi ku, hanya ada 1 orang yang mau berteman denganku.
Seorang laki-laki blasteran yang mempunyai warna rambut kekuning-kuningan. Ia bernama Vincent. Kelas Vincent berada di sebelah kelas ku. Semenjak aku dijauhi oleh teman-temanku yang lain, setiap jam istirahat sekolah aku selalu bersama Vincent. Tidak hanya waktu istirahat saja, saat pulang sekolah pun aku selalu pulang bersamanya.
“Ding..Dong.. Saatnya masuk kelas.. Semua siswa dan siswi diharapkan masuk kembali kedalam kelasnya masing-masing.. Terima kasih.. Ding..Dong..”
Bel masuk berbunyi yang berarti menandakan semua siswa harus kembali ke kelas masing-masing. Aku pun kembali ke kelasku diikuti Vincent yang berjalan ke kelasnya. Mata pelajaran yang saat ini diajarkan adalah Bahasa Inggris. Banyak siswa yang beranggapan bahwa guru Bahasa Inggris adalah guru killer, atau bisa disebut juga guru yang memiliki tingkat kesabaran yang setipis kertas.
Saat pelajaran Bahasa Inggris sedang berlangsung, aku tidak sengaja melihat ke salah satu jendela yang ada di kelas ku yang mana terdapat Vincent yang sedang berdiri dibalik jendela tersebut. Sejenak aku berfikir.
“Anak itu kenapa keluar yah, nggak kena marah guru apa? Ish ish …”
Aku memberi kode ke Vincent untuk kembali ke kelasnya. Tetapi aku ketahuan oleh teman sekelasku. Sialnya aku pun ditegur oleh guruku.
“SISI! Kok kamu melamun, kamu dari tadi ngga perhatikan ibu di depan ya? Ngga baek loh melamun sendiri, ntar kesambet”
“Eh, iya bu maaf”
“Ya udah mending kamu pergi cuci muka dulu deh, biar tu muka lebih keliatan fresh”
“Iya bu, permisi..”
Aku pun keluar kelas dengan keadaan teman sekelasku yang menatap aneh ke arahku. Aku sudah terbiasa, jadi aku tidak terlalu memikirkan nya. Aku terus berjalan menelusuri koridor sekolah menuju toilet sampai akhirnya aku bertemu Vincent yang sedang duduk di salah satu bangku dekat dengan toilet yang ada di koridor.
“Hai Vincent sendiri aja, liat nih gara-gara kamu aku jadi ditegur sama guru Bahasa Inggris ku.”
“Loh.. gara-gara aku? Emang nya aku ngapain?”
“Ckck, kamu ngga sadar? Aku tadi mengode kamu biar pergi kembali ke kelasmu, dan alhasil aku ketahuan oleh guruku.”
“HAHAHAHA… KASIANN. Terus kamu kenapa kamu keluar kelas?”
“Aku dikira melamun, jadi ya.. aku disuruh ke toilet deh buat cuci muka. Kamu sih ngga peka.”
“Hehe iya maaf, lagian mereka ngga liat aku kok.”
“Apa? Apa maksudmu?”
“Ngga.. kan jendelanya arah ke kamu, jadi gurumu ngga akan liat aku kan? Oh iya kamu ngga jadi ke toilet? Ntar kena marah guru kamu loh.”
“Eh iya aku lupa, ya udah aku ke toilet dulu ya. Kamu balik ke ke kelas kamu aja”
“Oke, siap bu Sisi!”
Aku berjalan masuk menuju toilet sambil terkekeh pelan. Saat aku selesai mencuci mukaku, akupun keluar dan aku tidak menemukan Vincent duduk di bangku itu lagi. Aku berfikir kalau dia sudah kembali ke kelas nya.
***
3 Tahun berlalu, sekarang aku menginjak kelas 2 SMA. Kabar kalau aku bisa melihat “mereka” sudah tersebar kemana-mana dan ya, aku tidak memiliki teman lagi di SMA ini seperti halnya waktu aku di Sekolah Menengah Pertama. Tetap Vincentlah yang selama ini mau berteman denganku.Vincent satu sekolah denganku dan epiknya, dia sekelas dengan ku. Setiap ada orang yang menatap sini kepadaku, Vincent selalu ada di sampingku.
Hingga suatu hari, ada suatu berita yang membuatku menjauh dari Vincent. Vincent pun menyadari hal itu. Semua berawal dari satu siswi yang tiba-tiba ingin berkenalan denganku.
“Hai Sisi! Boleh kenalan ngga? Aku Yola dari kelas XI.B”
“Hai juga! Boleh kok, eh by the way kamu kok tau nama aku? Kita pernah saling kenal? Apa aku lupa? Duh kalau iya maaf banget ya”
“Wah banyak juga pertanyaannya ya hehe, kalau soal nama aku sih udah tau lama sejak kamu di SMP. Kita satu sekolah Sisi”
“Iya ya? Maaf ya aku ngga tau, soalnya dulu aku ngga pernah ada temen di sekolah lamaku. Ini aja baru kamu yang mau temenan sama aku”
Dia hanya terkekeh mendengar ucapanku. Setelah percakapan itu, aku mulai dekat dengannya. Tetapi, semenjak aku dekat dengan Yola selama kurang lebih 2 minggu, aku menyadari bahwa Vincent tidak pernah bertemu denganku. Aku bingung, aku sudah mencari dia kemana-mana bahkan sampai menanyakan ke wali kelas. Tapi respon wali kelasku tidak sesuai dengan ekspektasiku.
Saat aku tanya ke guruku dimana alamat rumah Vincent atau apakah guruku ada nomor handphone orang tua Vincent, dia terlihat bingung dan langsung pergi meninggalkanku tanpa menjawab satu pertanyaan pun. Aku selama ini memang selalu bersama Vincent. Mulai dari main bersama, makan bersama, bahkan pulang sekolah pun aku selalu bersama Vincent.
Tapi selama aku kenal dengan nya, aku tidak pernah bertemu orang tuanya dan aku tidak pernah tau dimana alamat rumahnya. Setiap aku ingin mengunjungi rumah Vincent, dia selalu menolak dengan seribu alasannya. Aku bercerita soal Vincent ke Yola. Yola pun bercerita kepadaku. Dari ceritanya aku mengetahui sesuatu yang selama ini tidak kuketahui.
“Sisi, aku ingin memberitahumu sesuatu. Ini adalah sesuatu yang kupendam selama ini.”
“Apa itu? Apakah ini ada hubungannya dengan Vincent?”
“Ya, aku sebenarnya sudah memperhatikanmu sejak kita SMP. Kamu dijauhi banyak orang karena kemampuan melihatmu kan? Aku juga seperti mu Sisi. Aku juga bisa melihat “mereka” yang tidak bisa orang lain lihat. Tapi, ada perbedaan antara aku dengan kamu. Aku bisa membedakan antara “mereka” dengan manusia, tetapi kamu tidak Sisi, kamu tidak bisa membedakan “mereka”.”
“Apa maksudmu Yola?”
‘Sisi, laki-laki yang selama ini bersamamu bukan lah manusia. Dia adalah salah satu dari “mereka”. Mengapa kamu ngga sadar selama ini Sisi? Dia yang selama ini baik kepadamu, justru yang sebenarnya dialah yang membuatmu dijauhi oleh orang lain. Aku berteman denganmu karena ingin membantumu. Dia tidak akan mengganggu mu lagi”
“Aku tidak tau harus mempercayai mu atau ngga”
“Mau kamu percaya atau ngga itu hak kamu, aku cuma mau bilang itu aja. Selebihnya terserah diri kamu sendiri.”
“Emm oke, makasih ya”
“Iya, sama-sama”
Semenjak itu Yola tidak pernah bertemu denganku lagi. Vincent pun juga ikut menghilang. Aku mulai percaya dengan omongan Yola. Pernah di satu waktu saat aku ingin ke toilet, aku bertemu Vincent yang sedang duduk di bangku dekat toilet.
“Hai Sisi!”
Dia menyapaku, tetapi aku mengabaikan nya. Saat aku ingin membuka pintu toilet, Vincent mencegatku dengan memegang tangan sebelah kananku. Aku langsung menghempas tangannya.
“Lepas Vincent, kau hantu, sialan.”
“Apa yang kau bicarakan Sisi?”
“Yola bercerita kepadaku kalau kau bukan manusia, dengarkan? KAU BUKAN MANUSIA VINCENT!!”
“Sisi dengarkan aku jangan percaya omongan Yola, dia ngga baik!”
“Apa buktimu Vincent?”
Vincent terdiam mendengar perkataanku yang meminta buktinya. Aku tidak jadi ke toilet, melainkan aku pergi ke kelas Yola. Aku memanggil Yola dan menceritakan semuanya. Yola memelukku dan mengatakan.
“Semua akan baik-baik saja” –YOLA
***
4 tahun setelah semua kejadian itu, aku tidak pernah bertemu Vincent lagi. Aku tidak akan mencarinya lagi seperti yang kulakukan dulu. Aku akhirnya percaya ucapan Yola dan benar, aku baik-baik saja sekarang. Aku dibawa Yola ke tempat kakeknya yang bisa melihat “mereka”, dan menutup mata batinku agar tidak bisa melihat “mereka” lagi. Walaupun aku masih bisa merasakan keberadaan “mereka” tetapi aku merasa lebih nyaman dengan diriku yang sekarang.

 

 

***
TENTANG PENULIS

 

Zahra Anindra Sarumpaet perempuan yang lahir pada tanggal 26 Agustus 2008 dan memiliki hobi menyanyi. Baginya, menyanyi adalah suatu hal yang dapat meringankan segala pikiran yang sedang mengganggunya. Ia menulis cerpen pertamanya pada saat kelas 9 SMP . Cerpen yang berjudul “VINCENT”. Perempuan asal Pacitan ini, juga suka menulis apa saja yang ada di pikirannya untuk di kembangkan ke dalam sebuah buku.

Akun instagram : @zhrasrmpaett.jpg
Email : Zahraanindra5@gmail.com

PESAN MORAL

“Ada banyak hal yang mestinya banyak orang tahu. Tidak ada manusia yang bisa mengendalikan hidupnya sendiri. Jadi, bersiaplah untuk mengetahui hal-hal yang baru dan harus menerima sebesar apa pun hal baru itu”

 

 

Komentar