Daerah

APTRI Blora Kecam Penutupan Mendadak PG GMM, Petani Tebu Terancam Rugi

296
×

APTRI Blora Kecam Penutupan Mendadak PG GMM, Petani Tebu Terancam Rugi

Sebarkan artikel ini
Tebu milik petani Blora yang belum ditebang.

NASIONALXPOS.CO.ID, BLORA — Penutupan musim giling 2025 di Pabrik Gula (PG) Gendhis Multi Manis (GMM) Bulog Blora memicu gelombang protes dari kalangan petani tebu. Pasalnya, manajemen PG GMM secara sepihak mengumumkan bahwa penerimaan tebu terakhir hanya sampai Rabu (24/9/2025) pukul 24.00 WIB, dengan alasan kerusakan mesin boiler.

Keputusan ini langsung ditentang keras oleh Ketua Asosiasi Petani Tebu Republik Indonesia (APTRI) Kabupaten Blora, Sunoto. Ia menilai PG GMM tidak menghargai petani karena menutup penerimaan tebu tanpa melalui musyawarah.

“Sejak awal giling ada musyawarah, mestinya kalau mau tutup juga rembukan dulu dengan petani. Ini keputusan sepihak dan jelas merugikan,” tegas Sunoto, Kamis (25/9/2025).

Sunoto menambahkan, banyak petani masih memiliki tebu di lahan yang belum ditebang akibat cuaca buruk. Akibat penutupan mendadak ini, hasil panen mereka terancam tidak terserap.
“Perkiraan kami baru bisa selesai tebang akhir Oktober. Kalau pabrik sudah tutup, tebu petani bisa mubazir,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti lemahnya persiapan manajemen GMM. “Alasannya boiler rusak, berarti perencanaan kurang matang. Seharusnya ada perpanjangan giling, bukan langsung berhenti. GMM itu BUMN, pegawainya tetap digaji, tapi petani yang menanggung kerugian,” kritiknya.

APTRI Blora kini tengah mencari alternatif dengan menyalurkan tebu ke pabrik gula lain. Namun, opsi ini tidak mudah karena butuh biaya angkut lebih besar.

Hal senada diungkapkan Mudi, seorang petani tebu Blora. Ia mengaku kecewa karena masih memiliki dua hektare lahan tebu yang belum ditebang.

Surat Edaran penutupan dari PT GMM Bulog

“Kalau mau dijual keluar, ongkos angkutnya mahal. Harusnya GMM memberi solusi, bukan langsung tutup. Kita menanam tebu setahun penuh, masa hasilnya tidak dihargai,” keluhnya.

Kasus penutupan mendadak PG GMM ini menambah daftar panjang persoalan klasik yang kerap menimpa petani tebu di Indonesia. Mereka berharap ada solusi konkret agar hasil panen tidak sia-sia dan keberadaan pabrik gula benar-benar berpihak pada petani. (Riyan)

Tinggalkan Balasan