NASIONALXPOS.CO.ID, KOTA TANGERANG – Kawasan Car Free Day (CFD) Kota Tangerang kembali menjadi magnet bagi ribuan warga, Minggu pagi (15/6).
Selain menjadi ajang olahraga dan rekreasi keluarga serta “pasar kaget” CFD kali ini diisi dengan beragam pelayanan publik yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat.
Dari pembagian bibit tanaman hingga konsultasi hukum dan kesehatan, semuanya tersedia gratis di bawah tenda-tenda layanan yang berjajar rapi.
Salah satu yang paling ramai adalah stan Dinas Ketahanan Pangan, yang membagikan bibit cabai, tomat, dan terong secara cuma-cuma.
“Kami ingin masyarakat terbiasa menanam di pekarangan rumah. Ini bukan hanya soal pangan, tapi soal kemandirian keluarga,” kata salah satu petugas di lokasi.
Stan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) pun tak kalah ramai. Warga tampak antusias memanfaatkan konsultasi gratis yang disediakan, mulai dari persoalan hukum keluarga, program Keluarga Berencana (KB), hingga perlindungan terhadap perempuan dan anak.
“Saya datang ke CFD biasanya olahraga, tapi sekarang malah bisa tanya soal pendampingan hukum anak dan masalah rumah tangga, sangat terbantu, Makin Gokil CFD Tangerang,” ujar Sari, salahseorang ibu muda asal Cipondoh.
Stan layanan lain yang juga hadir antara lain Samsat keliling, BPJS Kesehatan, Perpustakaan keliling, dan Badan Pendapatan Daerah. Semua hadir dalam satu lokasi, membuat warga bisa menyelesaikan berbagai urusan dalam suasana yang santai dan terbuka.
Menurut Hendri Pratama Syahputra, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang, kegiatan ini merupakan bagian dari arahan langsung Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Wawan Fauzi.
Hendri menyebut CFD bukan sekadar bebas kendaraan, tapi bentuk nyata pelayanan dan edukasi yang menyatu dengan kehidupan warga.
“Sesuai degan Arahan pak Kadis, Kami berkoordinasi lintas dinas. Ada Ketahanan Pangan, BPJS, Samsat, DP3AB, Perpustakaan, dan lain-lain. Semua turun langsung karena CFD jadi momen strategis untuk mendekatkan pelayanan dan mengedukasi soal lingkungan,” ujar Hendri.
Lebih jauh, Hendri menegaskan bahwa keterbatasan anggaran dan tuntutan efisiensi tidak menjadi alasan untuk mengurangi pelayanan kepada warga.
“Kami sadar anggaran terbatas, apalagi dalam situasi efisiensi. Tapi bukan berarti kita berhenti memberi ruang sehat kepada masyarakat. Justru dari keterbatasan itulah muncul inovasi bagaimana pelayanan tetap bisa hadir dengan cara yang ringan, murah, tapi berdampak,” ungkapnya.
Bagi Hendri, ruang publik seperti CFD adalah tempat paling ideal untuk memanusiakan pelayanan. Warga tidak perlu antre di kantor. Mereka cukup datang pagi, berolahraga, dan bisa langsung mendapat pelayanan, informasi, bahkan membawa pulang bibit tanaman.
“Di jalan yang ditutup ini, kita buka ruang interaksi,” pungkasnya.(cenks)