Scroll Untuk Baca Berita
DaerahRagam

Bawa Nama Piala Bupati, Ini Jawaban Panitia dan Juri Gonjang Ganjing Penggiringan Juara

1342
×

Bawa Nama Piala Bupati, Ini Jawaban Panitia dan Juri Gonjang Ganjing Penggiringan Juara

Sebarkan artikel ini

NASIONALXPOS.CO.ID, BUNGO – Buntut dari perhelatan Lomba Lagu Nasional dan Daerah yang digelar oleh EO Mata Elang, menuai protes dan pertanyaan dari para peserta maupun pendamping bahkan penonton, media ini langsung melakukan konfirmasi terhadap Ketua EO Mata Elang Ade Irwanto.

Disampaikannya bahwa untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah Dinas P dan K, dan sejauh yang kami ketahui acara lancar aja. Selanjutnya terkait SK penunjukan dari juri diakuinya yang membuat adalah Dinas P dan K Bungo dan untuk penilaian sudah diikrarkan dengan Kepala Dinas agar profesional dalam penilaian apalagi ada 2 orang juri penilai dari Dinas Pendidikan,” ungkap Ade kepada media ini sekira pukul 22.20 Wib, Senin malam (15/08/).

Ditanyakan adanya gonjang ganjing penilaian yang diduga ada ketidakberesan, Ade mengatakan yang berhak dalam penilaian perlombaan adalah juri, kami disini hanya sebagai pelaksana,” ujarnya.

Ternyata setelah ditanyakan ke pihak Dinas P dan K masalah penerbitan SK juri, mereka mengatakan tidak ada kaitan penunjukan SK juri dalam pelaksanaan kegiatan, semuanya adalah kegiatan mereka bagaimana kami mau menerbitkan SK nya? ungkap salah satu pejabat Dinas yang sengaja ditemui media hari ini, karena tidak bisa bertemu dengan Kadis P dan K Masril, S.Sos.

Sebelumnya terpisah Yuke Hendra salah seorang Juri Lomba Wajib Nasional dan Daerah yang dihubungi media ini melalui pesan whatsapp mengatakan bahwa dirinya
menjadi juri karena ditunjuk oleh EO Mata Elang dan masalah SK atau surat penunjukan dirinya meminta agar menanyakan kepada pihak panitia,” Senin malam sekira pukul 19.47 Wib.

Hendra Yuke juga menjelaskan terkait gonjang ganjing adanya upaya penggiringan calon juara oleh dewan juri, Yuke mengakuinya karena dari pandangan penonton seperti itu adanya.

“Iya bang kami mengakuinya kalau salah lirik itu betul fatal dibenarkan oleh Yuke sambil menjelaskan kalau untuk lagu daerah itu kan pilihan, jadi kami diperintahkan sebagai dewan juri secara global saya kan teknik vokal, penilaiannya secara global. Tidak sama seperti penilaian awal disuruh oleh panitia,” lanjutnya.

Kalau secara awal kan detail, ada artikulasinya dan lainnya. Pada lagu wajib kami kan umumkan kalau salah nilai dikurangi 5, bahkan ada 3 dan 2. Tapi untuk lagu daerah tidak ada keputusan dari juri seperti itu karena dari panitia seperti itu, jadi saya menilai secara global saja,” jelasnya dengan berbagai alasan seperti berdalih.

Bahkan Yuke juga menjelaskan banyak jagoannya yang tumbang seperti Rolan dan Rohat namun mereka tidak masuk, namun mau diapakan lagi,” paparnya sambil tidak merasa sungkan mengatakan dirinya sebagai juri memiliki jagoan padahal juri biasanya independen dan tidak memihak.

Jadi penilaian saya seperti pada lagu wajib, bila ada yang salah masuk, salah lirik, lupa lirik setelah saya total lalu ditambahkan lagi dengan nilai juri lainnya,” ungkapnya.

BACA JUGA :  Dipertanyakan Legalitas EO Mata Elang

Ditambahkannya, Yuke seolah melempar tanggung jawab kepada panitia ketika ditanyakan terkait salah lirik atau tercekik. Alasannya panitia tidak terlalu ketat dalam penilaian padahal ini lomba untuk mencari bakat dan kemampuan sambil memberikan berbagai alasan seolah mengelak dan juga mengalihkan semuanya tergantung panitia sesuai kuota dan alasan lainnya masih pemula dan bila terlalu profesional maka banyak yang gugur dan berbalik lagi kepada apa kemauan panitia, kita kan hanya menurutkan kemauan panitia kami tidak bisa apa,” ulasnya gelagapan sambil melemparkan tanggung jawabnya lagi ke panitia serta memberikan berbagai alasan seperti vokal dan lainnya.

Hal ini juga terlihat saat ada yang tercekik pada lagu wajib, diduga salah satu juara yang tercekik di lagu wajib sedikitpun tidak dikomentari malah dinyatakan kalau power tidak kuat agar mikropon dijauhkan sehingga penilaian diduga memihak.

Sebelumnya dalam pengarahan bahwa lagu tidak boleh di improvisasi, namun dalam kenyataannya yang melakukan improvisasi bisa masuk ke semi final bahkan ke final.

“Tidak boleh improvisasi lagu, namun dalam kenyataannya dimenangkan juga,” gimana penilaiannya itu ungkap salah satu pendamping.

Yuke menjelaskan itu kebetulan Pak, yang dari improv tidak ada kami nilai. Kami tetap pada 4 penilaian saja,” padahal menurut beberapa guru pendamping jelas itu tetap sudah tidak jelas penilaiannya.

“Sebenarnya kalau tujuan dari kegiatan panitia sama juri petang elok, pertama katanya untuk memberitahu kepada generasi iko lagu kebangsaan yang benar tetapi dalam pelaksanaannya kita lihat penilaian itu seharusnya berdasarkan notasi kemudian berdasarkan kriteria penilaian yang pas untuk vokal,” terangnya.

Contohnya kegiatan itu ada vokal dengan kriteria penilaian ada teknik kemudian ada harmonisasi dan ada beberapa lagi. Harmonisasi ini dalam vokal solo ini sebenarnya tidak ada jadi kalau dalam sebuah ajang disitu ada peserta SD, SMP dan SMA sama Kuliah, sebaiknya kita itu menempatkan mulai dari acara yang benar, penilaian yang benar,” terangnya.

Jadi kalau kriteria penilaian juri memang banyak, kalau secara detail saya menilai yang pertama kalau dewan juri menilai dari segi tune/tuning siswa itu penilaiannya kemaren tidak sesuai, kalau dilihat juga dari segi penampilan itu juga tidak sesuai.

Sementara itu menjelaskan lagi Yuke terkait nilai darinya secara global maka ditambahkan dengan juri lainnya seperti Dodi, dan lainnya maka mungkin itu menambah nilainya,” imbuhnya.

Ditanyakan berapa persen penilaian total dari Yuke selaku juri, dirinya mengaku tidak bisa membuat seperti itu dan dijelaskannya melalui kiriman WA indikator penilaiannya sambil mengelak dan tidak bisa menjelaskan sistem penilaian layaknya lomba vokal solo secara umum karena menurutnya harus dikembalikan lagi dari juri lainnya untuk penambahan rentang seperti Juri Dodi harus dinaikkan,” katanya mengelak.

BACA JUGA :  Mantap, Bantuan Korwil Sumatera III 2 Unit Laptop Diserahkan Ketua DPD Nasdem Bungo

Dirinya juga membantah kalau mereka mengikuti arahan dari panitia terkait dengan alasan waktu,” paparnya.

“Iya kami memang tidak ada lagi komentar beberapa peserta karena alasan panitia sudah mepet waktu, jadi kami bumerang Pak,” paparnya lagi.

Untuk pernyataan juri Yuke yang mengatakan ada mengaitkan pernyataan salah satu pesertanya merupakan cucunya ikut tanding sehingga tidak profesional, dirinya mengakuinya karena terlalu girang, hingga lupa,” jelasnya.

Diakhir pembicaraan Yuke juga mengakui kalau panitia kacau balau dikarenakan adanya masukan dari dirinya terkait pemberian hadiah bagi para pemenang agar memikirkan nilai kemanusiaan.

Di tempat berbeda beberapa peserta yang ditemui media ini usai perhelatan juga mengeluhkan tentang tidak ada pemberitahuan beberapa jam sebelum mulai penampilan lagu daerah di final, serta juri juga tidak ada menyampaikan aturan bahwa lupa lirik tidak ada pengurangan nilai atau penilaian secara global kepada peserta terkait peraturan tersebut. Bahkan saat penampilan di lagu daerah nomor urut pun berubah ubah tanpa ada pemberitahuan sehingga pada saat dihadapan pejabat seperti Bupati sudah diatur siapa yang tampil.

Kegiatannya kurang mantaplah Pak, biasanya seperti kami ikut di Bungo Fair dalam rangka HUT Kabupaten Bungo panitia memang berkualitas jd kami mau tampil sudah tau jam berapa dan nomor urut berapa, sehingga kami tidak buru buru ke lokasi,” jelasnya.

Sumber lainnya yang ditemui media ini mengatakan penilaian antara lagu pilihan dan wajib tidak jauh berbeda juga sistem penilaiannya, karena keduanya tetap diperlombakan, jadi tidak ada alasan wajib atau pilihan. Keduanya tetap dinilai seperti pada penilaian lagu wajib.

Nah ini kan sudah kuat dugaan ada unsur memenangkan beberapa calon karena jagoannya akan kalah pada sesi lagu daerah. Seharusnya juri fair dalam penilaian harus mengikuti aturan yang ada pada umumnya, kalau juri kurang faham lagu daerah ya sebaiknya jangan dipaksakan, apalagi ini daerah Bungo, apa tidak penting maksudnya,” tukasnya.

Silahkan kita putar semua peserta pasti ada videonya bahkan juga panitia, bisa kita nilai dan bandingkan penilaian mereka masuk apa tidak,” pungkasnya dengan nada kesal.

Lain lagi musisi dan juga sering menjadi Juri pada lomba seperti FLS2N di Kabupaten Bungo menjelaskan biasanya keputusan penilaian semuanya ada di dewan juri baik lagu pilihan dan wajib karena semua ada aturan bakunya. Dan lagu pilihan tetap penilaiannya tidak ada perbedaan jauh karena keduanya dipertandingkan, kan itu juga ada penilaian.

Kita menilai bukan asal senang dan punya bakat, tapi kita juga menjaga mental anak karena dari dulu setiap ada perlombaan walaupun bagus di awal namun pada saat akhir ada sedikit tercekik atau lupa lirik itu fatal akibatnya. Anak harus dilatih jujur agar mental anak tidak shock loh karena dalam lomba jarang ada kejadian sudah salah di nada awal, kemudian tercekik ataupun lupa lirik masih diloloskan ya kelewatan, apalagi ini di final jelas sangat fatal terhadap peserta lainnya karena semua bisa menonton dan penonton semuanya tidak bodoh bodoh amatlah,” ungkapnya dengan jelas.

BACA JUGA :  Sasaran Bak Sampah di Program Serter Ditinjau Kopda Herlambang

Media ini meminta lagi tanggapan dari berbagai pihak lain yang pernah ikut dalam berbagai perlombaan.

Dirinya mengatakan melihat dari pernyataan oknum juri ini secara otomatis kewenangan panitia lebih besar dibandingkan juri,” papar salah satu tenaga pengajar vokal di Muara Bungo.

Kita sebagai juri memiliki SK dan kita berhak menilai tanpa dicampuri panitia dengan berbagai alasan lain,” tegasnya.

Kecuali kita sebagai juri tidak di SK kan atau tidak ada surat tugas, ya akibatnya kita hanya suruhan dan dugaan cari duitnya saja karena kita menjadi tidak ada legalitas dan keprofesionalan kita dipertanyakan sebab itu nanti akan menjadi tolak ukur bagi kita sehingga kita tidak ada dugaan kong kalikong dengan lainnya,” tukasnya lagi. Apa ada sertifikatnya? Ini dibutuhkan lho, karena bagi anak sekolah ini sangat penting apalagi mau masuk jalur prestasi ini pasti penting,” ungkapnya.

Sedangkan tanggapan para pendamping dan peserta maupun penonton yang ditemui media ini untuk penilaian lagu daerah kalau juri tidak memahami teknik penilaian vokal dan lainnya lebih baik jujur saja.

“Saya gak ada salah dan juga tidak ada yang fatal tapi saya bingung gak tau gimana penilaiannya Pak gak masuk nominasi, namun yang salah dan lupa lirik kok bisa menang ya,” ungkap siswa SMA dari Tanah Sepenggal yang ikut bertanding yang kebetulan didmapingi Kepala Sekolahnya saat pulang.

Sepertinya calon yang digiring juara kurang memahami lagu daerah, maka diarahkan penilaiannya secara global, tidak mendetail makanya ketika lupa lirik mereka tidak menilainya, ya jelas ini sudah salah lah dalam penilaian,” ungkapnya.

Lain lagi dari salah satu siswa SMK dari Kecamatan Batin III Ulu, biasanya waktu kami ikut tanding vokal ya Pak, setau kami kalau ada lupa lirik jelas fatal,” gak mungkin lagi menang, apalagi di final, baik wajib ataupun daerah,” tutupnya.

Terpisah salah satu Kepala SMK saat ditanyakan terkait dari penilaian saat pelaksanaan kegiatan lomba, mengatakan dirinya dari awal sudah curiga ada yang tidak beres.

“Sayo sudah curiga, makanya saya langsung mengajak anak didik kami pulang,” terangnya dengan kecewa. (*)