Pendidikan

Desa Marga Dauh Puri Tabanan Berharap Jadi Desa Binaan FP Universitas Udayana

153
×

Desa Marga Dauh Puri Tabanan Berharap Jadi Desa Binaan FP Universitas Udayana

Sebarkan artikel ini
Foto: Ist

NASIONALXPOS.CO.ID, TABANAN —Untuk keempat kali Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FP Unud), menyelenggarakan Agricamp di Desa Marga Dauh Puri, Kabupaten Tabanan. Kepala Desa Marga Dauh Puri I Wayan Wiryanata menyatakan sangat bersyukur atas kehadiran civitas akademika FP Universitas Udayana.

“Kami berharap Desa Marga Dauh Puri bisa ditetapkan sebagai desa binaan dari Fakultas Pertanian,” ujar I Wayan Wiryanata, saat memberikan ucapan selamat datang pada kegiatan pengabdian masyarakat Fakultas Pertanian di serangkaian Agricamp 2024, Selasa (24/1/2024).

Advertisement

Dekan Fakultas Pertanian Unud Dr. IGN Alit Susanta Wirya, SP., M.Agr menyambut baik “lamaran” tersebut. Ahli penyakit tanaman itu menyatakan secara teknis Desa Marga Dauh Puri layak menjadi desa binaan karena desa ini sangat ramah dan mendukung pelaksanaan kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi FP Unud.

“Terbukti Agricamp sudah terlaksana untuk keempat kalinya di sini, disamping jaraknya relatif terjangkau dari kampus Unud,” tutur Dr. Alit Susanta sambil menegaskan bahwa, setiap tahun civitas akademika FP Unud melakukan pengabdian masyarakat. Tahun 2023, lanjutnya, FP Unud melepas ekor tyto alba (burung hantu) untuk membantu petani mengatasi hama tikus.

Senada dengan Dekan Fakultas Pertanian, Kades Marga Dauh Puri kembali menegaskan burung hantu yang disumbangkan civitas akademika FP Unud sangat efektif mengatasi hama tikus.

“Serangan hama tikus sudah menurun drastis sekarang, terbukti dampaknya kerusakan tanaman padi tidak separah hama tikus seperti beberapa tahun lalu,” ucapnya, seraya menambahkan, selain hama dan penyakit tanaman, permasalahan sektor pertanian muncul dari aspek sosial ekonomi seperti penurunan subsidi pupuk, kelembagaan subak, serta kerusakan salutan irigasi.

Wayan Wiryanata juga menjelaskan saat ini pemerintah memangkas jatah pupuk subsidi hingga 52 %. Kondisi ini sangat tidak sebanding dengan harapan menjaga ketahanan pangan. Pupuk yang sangat minim disediakan, lanjutnya, berakibat menurunnya produktivitas lahan.

“Saat ini petani hanya mendapatkan 1 Kg Pupuk Urea/are dan 0,7 Kg Pupuk NPK/are. Ini sangat minim dari kebutuhan petani,” tuturnya.

Ditambahkan Wayan, subak sebagai lembaga yang mewadahi petani saat ini posisinya sangat lemah. Sebelumnya, kata Wayan, subak mendapat dana Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Provinsi Bali Rp50 Juta, namun sekarang hanya Rp10 Juta.

“Kondisi ini jelas melemahkan posisi subak,” tandasnya.

Foto: Ist

Masalah lain, terkait distribusi air yang berubah yang sebelumnya dengan sistem tektek namun saat ini bangunan temuku (pembagian air dengan sistem tektek) sudah dihapus. Kondisi ini menyebabkan kerusakan saluran irigasi, banyak saluran irigasi tergerus sehingga distribusi air irigasi tidak stabil.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebut diisi ceramah penanganan hama penyakit tanaman oleh dosen muda Prodi Agroekoteknologi I Kadek Wisma Yuda, S.P., M.P dan Guru Besar FP Unud Prof. Dr. Ir. I Ketut Suamba, MP terkait manajemen subak.

I Kadek Wisma Yuda, MP memaparkan teknik-teknik menangani hama dan penyakit tumbuhan khususnya padi. Sedangkan Prof. Ketut Suamba menyakini kendati subak ada kecendrungan dilemahkan namun subak akan tetap eksis.

“Perlu dilakukan rekayasa kelembagaan seperti membentuk koperasi tani menunjang kegiatan subak. Unit bisnis subak harus dibentuk agar subak memiliki pendapatan sehingga subak tidak tergantung pada bantuan pemerintah atau pihak ketiga,” ujar Prof Suamba.

Dalam kegiatan pengabdian tersebut diikuti petani dari Subak Sidang Rapuh, Desa Marga Dauh Puri serta dihadiri kalangan dosen dan mahasiswa FP Unud. (Uchan)

 

Sumber: https//www.unud.ac.id

BACA JUGA :  SDLB Kisaran Merayakan Sumpah Pemuda Dengan Memakai Baju Adat

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *